Cinta Suci |
Nampaknya
awan mulai menangis, meneteskan gerombolan air yang mengeroyoki bumi yang tandus,
angin badai pun menggibaskan cakarannya dengan gemuruh yang menyembunyikan
suara lain yang ada di sekelilingnya. Ia beradu dengan atap masjid tempat
dimana aku duduk termenung memandang aliran hujan yang deras memenuhi sungai
samping masjid, mengalir menuju sawah-sawah yang berderet ke dataran rendah
sehingga merendamnya.
“Assalamu’alaikum,
masya Allah Harun. Hujan-hujan gini ngelamun aja. Mikirin apa sih ?”
Aku
terperanjat mendengar suara itu. Ternyata beliau ustadku yang telah
membangunkanku dari lamunan.
“Wa’alaikumsalam.
Astaghfirullah, ustad bikin kaget aja. Siapa juga yang lagi ngalamun. Orang
lagi memperhatikan air hujan.”
Jawabanku
cukup membuatnya percaya. Padahal bukanlah itu yang sebenarnya.
“Syukur
deh kalau engga ngelamun. Memperhatikan sih boleh, tapi alangkah baiknya
memandang sambil berdzikir kepada Allah, mensyukuri segala nikmatnya.”
“Iya
Insya Allah ustad. Ustad aku mau tanya, sebenarnya cinta itu apa sih ?”
Pertanyaan
itulah yang sedang aku pikirkan.
“Cinta
itu suci.” Jawabnya singkat.
“Berarti
kalau begitu, cinta kepada lawan jenis boleh dong ustad ? istilah pacaran gitu
deh.”
Pertanyaan
polosku membuat ustad tertawa.
“Seperti
yang ustad telah bilang tadi, cinta itu suci, tapi terkadang orang yang
dianugrahi cinta itu membuatnya keruh. Salah satu faktor yang membuatnya keruh
itu pacaran. Pacaran itu boleh, tapi....”
Ustad
menghentikan jawabannya sehingga membuatku penasaran.
“Tapi
apa ustad ?”
“Tapi
pacaran setelah nikah.”
Mendengar
jawabannya, aku pun terdiam dan sadar. Dalam benakku, aku bertanya pada Tuhan.
Ya Allah bisakah aku selingkuhi-Mu ? Cinta merupakan banyak bentuk di hatiku.
Tidak hanya tentang-Mu, aku pun mencintai makhluk-Mu. Salahkah aku menduakan-Mu
dengan makhluk-Mu ? Aku bukanlah wali, apalagi seorang nabi. Aku hanya
berharap, berharap Engkau memposisikan banyak cinta di hatiku, karena aku
miliki-Mu, makhluk sebagai hamba-Mu, termasuk tentang cinta.
Penulis
: Asep Amat Sofian
Penulis
merupakan mahasiswa Psikologi Pendidikan & Bimbingan di UPI Bandung
0 komentar:
Posting Komentar