Ada seorang santri muda,
sebut saja namanya Solihun. Ia baru mondok satu tahun di
sebuah pesantren, sebut saja pesantren As-sholihin. Ketika liburan tiba,
Solihun pun pulang ke rumah dengan perasaan yang sumringah. Karena desanya
masih terbilang awam dan terpencil sehingga seseorang yang dianggap mempunyai
pemahaman yang dalam sangatlah segani.
Dan terbukti setelah ia
sampai dirumah, salah seorang tetangganya mengajaknya untuk menghadiri tahlilan
di salah satu rumah warga. Sebagai seorang santri ia pun menerima tawaran
tersebut dengan perasaan sedikit bangga. Dan diakhir tahlilan...
“Cung,,, mangga pimpin
doa, nanti doanya dikerasin yaa,, biar kedengeran sama yang lain” kata salah
seorang tetangga kepada Sholihun
“Oh,,, jangan saya pak,
saya sungkan” sangkal Sholihun
“Jangan sungkan-sungkan
cung, walaupun masih muda kamu satu-satunya yang lebih paham agama, kacung kan
santri,,, da santri mah udah biasa,,, gak apa-apa jangan sungkan-sungkan” ucap
tetangga yang lain.
‘Haduh gimana ini saya
gak hafal doanya, mana suruh dikerasin pula, kalo doanya pake bahasa Indonesia,
gengsi lah kan saya santri” ucap solihun dalam hati, namun tiba-tiba ia ingat
sesuatu,
‘Ahaaa,,,, saya kan hafal
jurumiyah yaaa,, walaupun cuma bab
kalam doang’ ucapnya lagi dalam hati’
“Mangga cung,,,” ucap
seorang tetangganya lagi, dan dibalas anggukan oleh Sholihun.
“Al-kalaamu huwa lafdzul murokkabul mufiidu bil wadh’i...”
“Aamiin...”
Para tetangga pun
mengamini hingga sholihun menutupnya dengan Al-fatihah. Setelah usai para
tetangga menyalami dan memuji Sholihun hingga Sholihun merasa lega dan bangga,
namun....
“cung,,,, hebaatt,,,,
udah mondok berapa tahun ?”
“hehe,,, belum lama pak,
baru satu tahun,” jawab Sholihun dengan tersipu
“waaahhh... hebat
yaaa,,,baru mondok satu tahun aja, sudah hafal KITAB JURUMIYYAH”
Sholihun : #@&*??>&%#@........
Penulis : Tanti Harianti
Gama