Perbedaan Budaya |
Indonesia adalah
bangsa dengan beragam budaya dan suku yang dimilikinya. Hal tersebut didukung
dengan pernyataan Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dan
negara pemilik bahasa terbanyak nomor dua di dunia. Keberagaman suku, bahasa,
ras, dan agama tersebar di penjuru negeri. Dari Sabang sampai Merauke. Dari
Pulau Miangas hingga Pulau Rote. Berjuta keberanekaragaman budaya tertata dalam
suatu persamaan hak dan kewajiban antar individu.
Namun, Bangsa Indonesia
patut berprihatin. Berbagai macam pertikaian antar suku, agama, dan ras belakangan
ini telah membuat resah masyarakat Indonesia. Sebut saja, kerusuhan antar warga
Lampung dan Bali di desa Balinuraga, Provinsi Lampung beberapa waktu yang lalu.
Lalu yang baru-baru ini adalah Penyerangan Umat Katholik di Sleman, Yogyakarta.
Menyadari akan semakin
banyaknya pertikaian yang terjadi di lingkungan kita, seharusnya kita merasa
berduka cita dengan kejadian tersebut. Hal ini yang menjadi dampak lunturnya nilai
dan moral dari kelima pegangan
negeri kita, yakni pancasila. Terutama sila ketiga, yaitu “Persatuan Indonesia”.
Belakangan ini, Indonesia terpecah belah akibat lunturnya pengalaman yang
terkandung dalam sila tersebut. Seakan diabaikan begitu saja.
Sadar sebagai hamba
kepada Sang Pencipta-Nya yang telah diberikan tempat berpijak yang penuh dengan
keindahan dan menganugerahkan begitu banyak macam budaya yang meramaikan negeri
kita tercinta ini, Indonesia. Patutlah selayaknya mencintai budaya yang ada di
negeri kita. Budaya dari ke-34 provinsi.
Memiliki budaya yang
beragam dan berbeda bukan hanya untuk dibanggakan. Budaya yang beragam sudah
menjadi tugas kita untuk melestarikannya. Walaupun keberanekaragaman budaya
yang ada pada bangsa kita terdapat kekurangannya juga. Masyarakat cenderung
bekerja dalam kelompok-kelompok, ras atau golongan tertentu. Padahal, suatu
masalah akan lebih mudah jika dibicarakan dengan berserikat/berorganisasi.
Kekurangan yang lain juga mendasar pada faktor dari luar, seperti negara-negara
luar yang sering mengompori dan menjadi pelopor perpecahan di Indonesia. Seperti
negara Malaysia yang pernah mencantumkan beberapa budaya Indonesia seperti
beberapa budaya yang berasal dari Batak dan Melayu sebagai budaya mereka.
Padahal, tindak yang mereka lakukan tidak salah. Karena, orang Batak dan Melayu
terdapat juga di Malaysia. Lalu jangan lupakan, Pulau Papua yang hampir lepas
karena pengaruh dari negara luar termasuk Amerika Serikat.
Keberanekaragaman
seharusnya bukan diartikan sebagai perbedaan, melainkan sebagai “Kesatuan”
sehingga keberanekaragaman diterjemahkan menjadi “Kesatuan Budaya” bukan
“Perbedaan Budaya”. Tetapi, hal tersebut tidak akan terwujud jika kita masih
memandang perbedaan budaya, agama dan ras sebagai batas/sekat untuk kita
bersatu. Ingat dahulu, pada Pancasila Sila Pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa dengan
Kewajiban Menjalankan Syariat Islam bagi Pemeluk-pemeluknya.”. Sila yang
bercetak miring akhirnya dihapuskan oleh para perumus, karena dianggap akan
membawa dampak yang buruk bagi kesatuan negara. Itulah salah satu bukti “nyata”
pengorbanan demi negara bukan demi kelompok atau golongan. Hal itu dibuktikan pula
dengan adanya 4 (empat) agama yang ada saat itu yakni Islam, Katolik, Kristen
Protestan, Hindu dan Buddha. Sebelum masuknya agama Kong Hu Chu yang dibawa
warga Tiongkok sebagai agama resmi ke 6 pada zaman pemerintahan Abdurrahman
Wahid. Pengakuan oleh Presiden tersebut membuktikan sistem pemerintahan yang
dianut oleh negara kita yaitu “Demokrasi”, dengan adanya Kebebasan Beragama.
Keberanekaragaman
budaya Indonesia dapat kita manfaatkan sebagai ajang pemersatu bangsa.
Pancasila adalah salah satu penyangga Indonesia dalam keberanekaragaman budaya tersebut.
Namun nilai-nilai yang sudah tertanam sejak dulu kini mulai memudar seiring
berkembangnya zaman. Berkembangnya budaya-budaya yang telah menyesuaikan.
Marilah kita sebagai
generasi penerus bangsa, sepatutnya mampu mempertahankan budaya dan kerukunan
dan persatuan negara. Jangan sampai nilai-nilai moral yang terdapat dalam
Pancasila semakin lama akan semakin memudar dan menghilang. Budaya ada bukan
untuk dibanggakan namun untuk dilestarikan. Jangan sampai budaya ketimuran yang
cenderung konservatif akan berkembang menjadi budaya barat yang terlalu
“liberal”. Marilah mulai dari sekarang, kita buka pikiran kita untuk menerima perbedaan
itu dan setidaknya menghargainya. Karena budaya adalah kegiatan yang sudah
dilakukan sejak jaman dahulu oleh nenek moyang. Artinya, budaya adalah warisan
dunia bangsa Indonesia.
Mari bersama-sama kita
lestarikan keberanekaragaman budaya Indonesia. Ingat jangan jadikan budaya
sebagai perbedaan namun jadikan sebuah pemersatu. Langkah awal mari kita mulai
dari diri terlebih dahulu, jika bukan kita yang melestarikannya? Siapa Lagi?
Dan jika bukan sekarang, Kapan lagi? Indonesia bersatu karna kita bersatu.
Penulis : Rahmatia
Editor : Aufa Hilman Furqon