Sabtu, 29 April 2017

Tentang Hadir Dan Terasa



Oleh: Yang merindu Bidadari Kenanga dan Kesatria Negla

Pada setiap kehidupan seseorang, pasti membutuhkan orang lain sebagai pelengkap hubungan interaksi sosial. Ada yang dalam kategori kandung atau bukan. Orang-orang yang termasuk dalam kategori kandung, biasa disebut keluarga. Sedangkan orang-orang yang bukan dalam kategori kandung, bisa dipanggil teman, sahabat hingga saudara. Ketika awal bertemu, kita biasanya akan menyapa dengan kata “teman”. Setelah terbangun rasa percaya, maka akan naik derajatnya sebagai “sahabat”. Dan bila telah timbul rasa memiliki, maka gelar “saudara” pun akan disematkan. Dan dalam essay ini, saya akan menggunakan istilah suadara, bukan dalam konteks kandung tentunya.

Ketika kita memiliki saudara, bukan berarti kita harus mengekangnya, bukan berarti saudara kita tersebut dapat kita batasi ruang geraknya. Dan bukan juga berarti kita harus menuntut saudara tersebut agar selalu hadir di sisi. Terkadang, kita tak jarang mengeluh karena orang yang kita sebut saudara tersebut jarang hadir ketika dibutuhkan, bukan? Lalu dengan segera kita berfikir bahwa saudara kita tersebut s-a-l-a-h. Tetapi pernahkah kita merefleksi diri, apa yang salah dari diri kita sehingga orang yang kita anggap saudara tersebut tidak ada bahkan ketika kita butuhkan?

Logikanya ketika seseorang telah nyaman dengan kita, orang tersebut akan datang tanpa diminta. Namun, rasa nyaman yang hadir tentu bukanlah sesuatu yang instan dan spontan, pada umumnya. Rasa nyaman akan hadir ketika setiap orang bisa saling menghargai, memahami, dan lain sebagainya. Perlu diperhatikan, “setiap orang” bukan hanya satu atau dua orang. Jadi, bukan hanya nyaman namun juga mampu menyamankan.

Terkait dengan nyaman, hanyalah salah satu hal yang mampu menguatkan persaudaraan. Ada hal sederhana namun kerap disepelekan yaitu, saling sapa. Ada pernyataan menarik dari salah seorang senior CSSMoRA UPI 2012 yang memiliki nama belakang Setiawan, beliau menyatakan “Saling menyapa adalah salah satu cara jitu untuk merawat titik temu antar sesama”. Hanya dengan menyapa, bahagia akan tercipta.

Variasi warna-warni kehidupan bisa diberikan oleh saudara kepada kita. Bukan hanya tentang suka dan duka, namun akan ada hikmah atau pelajaran baru dari mereka. Kita perlu pandai mengelola emosi. Bagaimana harus mengapresiasi ketika saudara kita full team ketika ada perkumpulan. Dan bagaimana harus bersikap ketika saudara kita satu persatu mulai menghilang karena asik terlibat dalam perkumpulan lain.

Akhir kata, jangan lupa pulang, meski rumah orang lain lebih menjamin kebahagiaan. Tidak perlu saling menyalahkan dan saling menjauh. Perasaan jenuh dalam suatu perkumpulan memang tak dapat dipungkiri, karena itulah  dinamika dalam suatu perkumpulan/kelompok. Bila jenuh, ingatlah bagaimana dulu ketika pertama kali bertemu, ingatlah kembali bagaimana dulu ketika suasana perkumpulan hidup dan hangat. Mari saling memperbaiki diri, mari saling mengingatkan,dan mari saling menguatkan agar kembali hadir dan terasa “K-I-T-A”.
Note: “Hey, aku benar-benar merindu! Ayo main

Penulis adalah Mahasantri PBSB UPI 2015 sekaligus pemenang lomba Essay FILTERSAY CSSMoRA UPI
Share:
Diberdayakan oleh Blogger.