Study |
Kualitas pendidikan bangsa ini banyak ditentukan oleh kualitas
para gurunya. Sebagus dan semodern apa pun kurikulum dan perencanaan strategis
pendidikan dirancang, jika tanpa guru yang berkualitas, tidak akan membuahkan
hasil optimal. Apalagi dalam rangka pelaksanaan pendidikan formal, guru menjadi
pihak yang sangat vital. Siswa akan kesulitan dalam belajar jika hanya
mengandalkan sumber belajar dan media pembelajaran saja, tanpa adanya bimbingan
guru. Yang patut dipertanyakan adalah: sejauh mana efektivitas peran guru dalam
menciptakan pembelajaran yang menunjang terhadap pencapaian tujuan pendidikan?
Terdapat berbagai metode pembelajaran yang dapat diterapkan guru
untuk mencapai tujuan pendidikan yang dicita-citakan, yang disesuaikan dengan
kebutuhan siswa sebagai subjek didik. Namun pada faktanya, metode yang begitu
populer di kalangan guru dewasa ini adalah metode pembelajaran “CUKUP TAU”.
Artinya, guru hanya berperan sebagai transfer of knowledge
saja, bukan sebagai transfer
of values.
Hal ini tentu berpengaruh terhadap pribadi siswa sebagai subjek
didik. Sesuai dengan metode tersebut diatas, maka terhadap pembelajaranpun para
siswa hanya “cukup tau” dalam pemahaman saja. Mereka hanya memahami teori
secara konseptual, tanpa bisa mengimplementasikannya dalam kehidupan
sehari-hari. Sebagai contoh, setelah menyelesaikan pembelajaran mengenai
pendidikan kewarganegaraan, tentu siswa memahami apa, bagaimana, dan
mengapa demokrasi itu ada. Tetapi, mereka tak mampu melaksanakannya
secara praktis dalam kehidupan di masyarakatnya. Contoh lain dalam pendidikan
agama dan moral, tentu guru memberikan pemahaman tentang akhlak yang baik
secara normatif, tetapi masih banyak siswa yang “cukup tau”, tanpa mampu
mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Seperti dijelaskan diatas, murid yang “cukup tau” terhadap materi
pelajaran, merupakan akibat dari metode pembelajan “cukup tau” yang diterapkan
oleh guru. Lebih jauh lagi, guru yang menerapkan metode ini, mungkin juga
“cukup tau” terhadap tujuan pendidikan, tanpa ada keinginan untuk mewujudkannya.
“Cukup tau” terhadapa kurikulum yang seharusnya, tanpa ada usaha untuk
mengimplementasikannya. “Cukup tau” terhadap metode pembelajaran efektif, tanpa
ada keinginan untuk menerapkannya. “Cukup tau” terhadap kondisi dan kebutuhan
siswa, tanpa ada keinginan untuk mengidentifikasinya lebih jauh. “Cukup tau”
terhadap materi yang akan mereka sampaikan, tanpa ada hasrat untuk berkembang
dan belajar lebih jauh lagi. Kesimpulannya, metode pembelajarn “cukup tau” ini
timbul dari berbagai “KECUKUPTAUAN” yang tertanam dalam mindset guru
dewasa ini.
Pentingnya peranan dan kualitas seorang guru berdampingan dengan
banyaknya problematika yang dihadapi. Hal yang mendasar pada problem tersebut
adalah kemauan guru untuk maju. Kenyataan yang terjadi adalah sebaliknya. Guru
tidak memiliki kemauan untuk belajar. Guru tak memiliki motivasi untuk
berkembang dan maju ke arah yang lebih baik.
Penulis : Anugrah Mi'raj Zulfikar
0 komentar:
Posting Komentar