Mengaji bersama |
Kebudayaan merupakan elemen penting dalam
nilai-nilai kemanusiaan. Salah satu yang mencirikan manusia adalah budaya.
Pengertian dari budaya sendiri adalah sebuah ciri atau identititas dari
sekumpulan orang yang mendiami wilayah tertentu. Budaya ini timbul dari
perbuatan yang dilakukan oleh masyarakat secara berulang – ulang sehingga
membentuk suatu kebiasaan yang pada akhirnya menjadi sebuah budaya dari
masyarakat itu sendiri. Budaya yang telah terbentuk itu akan masuk dan mengakar
di dalam kehidupan manusia, sehingga tanpa kita sadari budaya ini telah
mempengaruhi kehidupan manusia. Berdasarkan ilustrasi di atas, dapat dimengerti bahwa kebudayaan mempengaruhi manusia dalam berperilaku. Baik itu perilaku yang bersifat baik maupun buruk. Banyak sekali perilaku –
perilaku manusia yang dipengaruhi oleh budaya. Akibatnya, terciptalah tatanan nilai dan pola hidup yang baru akibat dari budaya tersebut. Karena faktanya budaya mempengaruhi tatanan kehidupan
bermasyarakat.
Pembahasan
kali ini akan difokuskan pada kebudayaan generasi muda khususnya bagi santri. Generasi muda memberi pengaruh
yang siginifikan dalam hal memajukan perkembangan manusia yang lebih baik
secara aktif. Kebudayaan merupakan keseluruhan kompleks yang didalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral,
hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat oleh seseorang
sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan sebagai dinamika kehidupan manusia akan
terus berkembang sejalan dengan perkembangan zaman serta perkembangan proses
pemikiran manusia.
Akan tetapi,
generasi muda atau remaja yang diharapkan mampu memajukan perkembangan
bangsanya untuk menuju yang lebih baik, secara faktual telah banyak yang
menjadi individu labil sehingga emosinya tidak terkontrol. Hal ini bisa
disebabkan oleh masalah keluarga, kekecewaan, pengetahuan yang minim, dan ajakan teman-teman
yang bergaul bebas yang dapat membuat generasi muda
Indonesia berkurang potensinya dalam memajukan bangsa. Melihat berbagai fakta yang terjadi saat ini, tidak sedikit para
remaja yang terjerumus ke dalam lembah perzinahan. Sebab,
pergaulan bebas mereka yang tanpa dibentengi dengan iman dan ilmu. Dan faktor lainnya adalah kurangnya kepedulian masyarakat saat ini terhadap
batas-batas pergaulan antara pria dan wanita. Disamping itu didukung oleh arus
modernisasi yang telah mengglobal dan lemahnya benteng keimanan kita
mengakibatkan masuknya budaya asing tanpa perenungan dan
penyaringan, sehingga tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan semestinya.
Krisis identitas yang biasanya dialami generasi
muda ialah kegagalan dalam mencapai apa yang diinginkannya sehingga timbullah rasa kecewa yang
mendalam. Lalu memicu untuk melakukan hal-hal negatif sebagai pelampiasan dari rasa kecewa tersebut.
Konflik antar anggota keluarga juga bisa memicu
perilaku negatif pada remaja. Pendidikan yang kurang baik dari lingkungan keluarga juga dapat memicu perilaku negatif oleh
generasi muda. Misalnya kebiasaan sering dimanja oleh orangtua, minimnya
pemahaman agama yang diberikan oleh keluarga, perceraian orangtua maupun tidak
adanya komunikasi antar anggota keluarga.
Dari pada itu, tidak adanya tujuan dan visi
dalam hidup yang jelas juga dapat menjadi salah satu faktor yang dapat menyebabkan penurunan kualitas generasi muda kini. Sehingga banyak remaja
yang bingung untuk menentukan arah manakah seharusnya mereka melangkah. Banyak
dari kalangan remaja yang hanya sekedar mengikuti arus modernisasi yang keliru seperti fashion yang sedang nge-tren sekarang ini dan sayangnya mereka tidak melihat apakah fashion tersebut sesuai dengan syari’at atau tidak . Bila ada konser seorang musisi yang sedang hits, maka pada umumnya para
remaja akan berbondong-bondong pergi untuk menonton konser tersebut padahal
akan ada hal positif lain yang dapat dilakukan.
Apakah santri memiliki peranan penting dalam
fenomena ini? tentu saja. mengapa? mari sejenak kita ulas sedikit mengenai santri. Tentu kita paham apa makna
dari kata “santri”. Pengertian santri secara sederhana ialah seseorang yang
mengenyam pendidikan dengan porsi pelajaran agama lebih banyak dibanding dengan
pelajaran umum atau ada yang hanya pelajaran agama saja. Di dalamnya mereka selalu
menimba ilmu, mengasah diri, budi pekerti dan tak mengenal menyerah walaupun hanya dengan fasilitas yang terbatas. Dan pada umumnya seorang santri memiliki
keahlian khusus dalam bidang keagamaan seperti dalam bidang kitab, hafalan
qur’an, seni membaca al;qur’an hingga kaligrafi yang diajarkan oleh para
asatidz ketika di pesantren.
Di Pesantren,
para santri juga diajarkan pemahaman ilmu agama yang lebih mendalam guna memiliki bekal yang
cukup ketika nantinya terjun ke masyarakat. Minimal sebagai benteng diri sendiri agar tidak melakukan
penyimpangan baik secara syari’at maupun norma yang berlaku.
Masih ada beberapa stigma dimasyarakat yang beranggapan bahwa santri atau orang yang ‘masuk’ pesantren
adalah mereka yang gagal. Baik gagal dalam mendapatkan sekolah impian maupun
yang gagal dalam segi tingkah laku. Padahal pesantren merupakan sistem
perpaduan antara pendidikan agama dan pendidikan umum. Sehingga intelektual, pola piker, dan moral menjadi terdidik. Maka stigma tentang moral dan intelektual dalam pesantren yang dianggap gagal perlu diluruskan. Dan alumni pesantren nantinya tidak akan menjadi pribadi
kolot dan kuper, melainkan menjadi
pribadi yang hebat.
Di era yang
modern seperti sekarang ini, banyak kita jumpai para wanita yang mengumbar auratnya
yang tanpa disadari akan mengundang bahaya untuknya sendiri. Lalu ada juga
beberapa laki-laki yang kebiasaannya berkumpul hingga larut malam dengan
ditemani oleh bermacam-macam minuman keras yang hal tersebut sama sekali tidak
pantas untuk dilakukan oleh generasi muda bangsa Indonesia. Bahkan yang lebih
mencengangkan ada beberapa diantara yang dulunya nyantri juga terjerumus
ke lembah kemaksiatan. Namun itu hanya sebagian kecil saja. Sebab, semua orang
pasti ada yang baik dan buruk. Mungkin saja belum sadar dengan apa yang
dilakukan.
Mengapa mereka
melakukan hal tersebut?. Bukankah mereka mendapatkan ilmu agama yang cukup
ketika menimba ilmu di pesantren?. Kemungkinan penyebabnya ialah akibat krisis percaya diri
yang mereka alami. Ditambah lagi dengan
anggapan masyarakat bahwa jika menjadi seorang santri nantinya akan terbelakang baik dari segi pekerjaan yang belum
jelas , gaptek teknologi, dan tidak memiliki kepintaran yang
setara dengan mereka yang belajar di sekolah umum. Mereka tidak percaya diri
ketika keluar rumah dengan memakai pakaian yang biasa mereka kenakan di
pesantren dulu. Sehingga mereka memutuskan untuk mengikuti pola hidup remaja
kini tanpa bisa memilahnya dengan baik. Bukan hanya sekedar dari segi
penampilan, namun dari segi tingkah lakupun diubah. Hilang semua identitas
santri yang melekat akibat pengambilan keputusan yang salah.
Disinilah peran seorang santri diperlukan.
Santri yang ideal, tidak boleh berpikir pendek seperti itu. Seorang
santri harus dapat menyikapi segala sesuatu segala cerdas dan cermat. Ilmu
agama yang diperoleh ketika di pesantren harus dijadikan sebagai perisai diri
dalam menanggapi hal-hal negatif yang ada. Seorang santri harus mampu
mengendalikan diri dengan baik agar tidak terbawa arus negatif . Dan seharusnya santri mampu membawa perubahan di
lingkungan tempat ia tinggal minimal dalam
lingkungan keluarganya sendiri. Kewajiban dakwah tidaklah boleh diabaikan begitu saja apalagi seorang
santri memiliki ilmu yang kompeten dalam hal tersebut. Seperti firman Allah
dalam Qs. Al-Ashr ayat 3, harus saling menasehati dalam kebaikan. Jika untuk
menasehati orang lain mengalami kendala, minimal santri harus dapat mencitrakan
dirinya sebagai seorang yang ‘arif, berilmu, dan beretika sehingga orang lain
di sekitarnya secara tidak langsung akan mengikuti kebiasaan baik tersebut. Hingga akhirnya akan membentuk kebudayaan yang madani,
bermoral, dan beretika pada masyarakat umumnya dan khususnya pada remaja itu sendiri.
Penulis : Amatullah