Di Pagi Hari

Mr. John

Selamat pagi nama gue John, nama lengkap gue Johny. Nama samaran gue Junaedi. Nama pemberian orangtua gue Ridwan. Nama panjangnya Mohamad Ridwan Mustofa. Nama panggilannya bisa Iwan. Si bebeb biasanya manggil bebeb. Si emak dari kecil manggilnya tole. Kalo si bapak manggilnya apa ya kok gue lupa, coba bantuin ingetin ya.

Gue mau cerita kejadian pagi hari ini. Gue tadi bangun jam 05.40, biasanya jam 6.40 sih tapi karena tadi cuacanya dingin banget jadi bangun rada awal, eh dibangunin Bang husni juga deng. Abis itu gue ke kamar mandi buang air kecil, sebenernya wudhu sih tapi gue ga mau riya kalo gue juga solat subuh. Abis itu gue utak-utik komputer mau liat film lagi soalnya tadi malem liat film bagus banget, judulnya Lone Ranger, nyeritain tentang sekelompok tentara amerika yang bertugas di Afghanistan untuk mejalankan misi menaklukkan tentara Taliban, btw itu film Based on True Events. Terus deh gue cari-cari film yang ber-genre history gitu terus akhirnya nonton Hail Caesar! aja. Kata Bang husni itu filmnya biasa aja sih, tentang film di dalam film. Pas liat bagian awal filmnya emang kurang meyakinkan sih tapi dari gambar eh pengambilan gambarnya bagus kok, yaudah gue terusin nonton ajah. Pas di tengah-tengah nonton ada si Bone yang mau beli gorengan yaudah gue nitip aja, tempe 2 ribu terus Bang Husni juga nitip tempe 3 ribu pake cabe. Eh pas dateng si Bone lupa bawa cabe yaudah gue suruh balik buat ngambil cabenya , hahahhah. Lanjut nonton film, cuuuss. Bagus sih ceritanya, kocaknya emang gak terlalu sih tapi gue suka konsepnya sih, film di dalam film. Eh pas asik-asiknya nonton bass speaker gue rada rusak, jadi harus sambil dibenerin. Eh pas sambil ngebenerin ada kucing sliwar-sliwer ngengangguin, kan kampung. Gue usir-usir tuh kucing, hush hush minggir lo ayam, padahal kucing yak. Namun pada akhirnya gue capek yaudah gue biarin si kucing kampung itu berkeliaran di sekitar komputer gue dan akhirnya dia nge-close media player yang gue buat nonton tea, parah pisan lah. Da main pencet-pencet tombol keyboard gitu, yaudah gue biarin aja, sekalian gua matiin dah, komputernya. Abis itu main clash royale aja. Pasti mau kelanjutan cerita gue yaaa hahahah dah ah capek gue nulis segini juga udah uyuhan. Bye

Eh mau ditigaparagrafin ah. Yaudah clash royale-nya di-skip aja ya soalnya banyak kata-kata yang kurang bagus keluar dari mulut Bone, Bang Asep, Bang Husni sama gue, hampura ini mah. Lanjut weh gue gogoleran nyantai gitu eh ada si Teh Jebe dateng mau bersih-bersih yaudah gue pindah tempat gogoleran. Dan ternyata kagak nemu yaudah ke kamar Hamdi liat dia lagi main leptop terus gue samperin dah. Terus gue ngulik-ngulik leptopnya dia yang lagi nyari-nyari tentang membaca kepribadian seseorang melalui tulisan tangan. Yaudah gua iseng-iseng buka blog (kependekan dari (go) blog) cssmora upi. Disana gue liat profil anggota CSSMoRA angkatan 2012. Kata Hamdi dia yang ngisi itu (bodo amat). Terus juga kata dia, yang ngisi blognya dia mulu, yaudah gua isiin kalo gitu. Dan inilah jadinya, seadanya banget. Kira-kira gua bikinnya ini sekitar 20 menitan lah yaaa. Kayaknya tiga paragraf ge udah alus, daripada si (go) blog-nya kosong sama sekali. Hahahahah

Penulis : Mohamad Ridwan Mustofa

Read More

Lima Tesis Relasi Agama dan Sains

Religion and Science

Tak dapat dimungkiri bahwa dalam kehidupan umat manusia saat ini, sains memegang peranan penting. Keberadaan sains menjadi dasar kemajuan teknologi yang semakin memudahkan kehidupan manusia. Satu sisi, peran agama semakin melemah seiring menguatnya peran sains.

Orang beragama memakai kitab suci mereka untuk mengklaim beragam kebenaran berdasarkan kepercayaan bahwa kitab suci mereka, yang memberitakan beragam kebenaran itu, adalah wahyu Ilahi, bukan berdasarkan bukti-bukti objektif. Kebenaran imaniah (berdasarkan kepercayaan) ini diyakini benar, absah dan berlaku mutlak dan dipercaya tak bisa salah karena dianggap datang sebagai wahyu dari Allah (Tuhan) yang tidak mungkin salah.

Menurut agamawan, tak perlu ada pembuktian atas semua kepercayaan keagamaan. Sebab kebenaran sudah dijamin oleh Allah sendiri yang memberi wahyu. Namun sikap seperti ini menimbulkan pertanyaan: berhubung setiap agama apapun adalah sebuah sistem kepercayaan yang dibangun oleh manusia sendiri tentang wahyu Ilahi, apakah sudah pasti keyakinan ini benar dan sesuai dengan wahyu Ilahi?

Dalam dunia sains atau ilmu pengetahuan, suatu klaim saintifik hanya diterima benar atau absah jika ada bukiti-bukti empiris yang mendukungnya. Sains dibangun berdasarkan fakta-fakta.

Seiring berjalannya waktu, bukti-bukti dan fakta-fakta baru senantiasa ditemukan, atau fenomena alam bisa sudah lebih banyak dikuak, dan posisi-posisi saintifik lama bisa tidak sinkron lagi dengan bukti-bukti baru, maka suatu posisi teoretis saintifik dengan sendirinya selalu terbuka untuk dievaluasi ulang.

Hal ini bisa menimbulkan perubahan besar yang terjadi pada pandangan-pandangan sainstifik yang relatif sudah kokoh. Sejalan dengan itu, sains tak bisa diabsolutkan (dimutlakkan), meskipun tentu saja ada berbagai posisi saintifik yang sudah teruji dan kokoh sebagai teori-teori besar.

Secara umum, ringkas, dan serampangan, ada lima posisi yang dapat diambil kalau agama mau ditempatkan dalam hubungannya dengan sains. Lalu posisi apa saja yang secara umum bisa menggambarkan relasi agama dan sains?

Semacam kasih Tanpa Sampai

Agama dan sains dipandang menempati wilayah masing-masing yang otonom dan tak bisa dipertemukan, terpisah satu sama lain selamanya, dan tidak bertumpang tindih. Dalam posisi ini, agama condong terdorong untuk menggeluti hanya soal-soal moral, ritual, dan kehidupan individual umat yang tidak bersentuhan sama sekali dengan sains yang terus berkembang.

Adaptasi Demi Mesra Bersama

Agama tunduk dan menyesuaikan diri sepenuhnya pada sains dengan akibat agama kehilangan autentitas dan eksistensinya, ditinggalkan, dan hal-hal yang semula dijawab dan disediakan agama, dijawab kemudian dan disediakan oleh sains. Dalam posisi ini, agama masih ada, namun sudah bertransformasi menjadi agama naturalis dengan membuang dimensi-dimensi supranaturalnya.

Ogah Kalah

Agama diklaim lebih unggul dibandingkan sains, dan mengendalikan atau membinasakan sains. Dalam posisi ini, wahyu dan iman dipandang lebih tinggi dari, dan tak bisa digantikan oleh, sains.

Seperti Sedang PDKT

Dalam posisi ini dianggap ada sejumlah kaitan antara agama dan sains. Kaitan tersebut adalah tujuan-tujuan besar dan esensial baik dari agama maupun dari sains sehubungan dengan kehidupan, manusia, masa depan, peradaban, dan jagat raya. Dengan posisi seperti ini, dipandang memungkinkan jika agama dan sains terlibat dialog yang tak pernah usai di sekitar tema-tema yang pararel ini. Kedua belah pihak berharap lewat dialog ini satu sama lain akan memperkaya. Melalui dialog juga kebenaran-kebenaran moral yang lebih besar dan lebih penuh diharapkan akan didapat.

Persis Putus Pacaran

Agama dan sains dipandang dan diperlakukan selalu ada dalam hubungan tegang penuh konflik yang tak akan bisa didamaikan atau diselesaikan. Agama dan sains dipandang berperang terus-menerus. Keduanya mengambil sikap antaogistik satu sama lain. Posisi ini tampak “dibenarkan” oleh perbedaan mendasar antara watak agama dan watak sains yang satu sama lain berkonflik dan tidak bisa dipertemukan.

Para agamawan yang tidak konservatif, pada umumnya akan mengambil posisi yang keempat, seperti sedang PDKT. Jika ini memang posisi mereka, dari mereka diperlukan usaha keras untuk bisa memanfaatkan perkembangan sains dengan kreatif bagi tujuan-tujuan dialog sehingga mereka bisa berdawakwah dengan baik.

Kita semua, sebagai manusia ciptaan Allah, tak boleh merasa lelah, tidak boleh dogmatis, dan tidak boleh mengklaim telah tiba pada kebenaran paling akhir dan paling penuh. Kita bersama-sama berjalan, menempuh ziarah yang tak pernah selesai, kendati cara berjalan yang masing-masing ditempuh berbeda-beda. Akan selalu ada kawasan yang dipegang dan diyakini, dalam agama-agama, begitu juga dalam sains. “kebenaran hari ini bukanlah berarti kebenaran esok hari,” kata DEWA19.

B.Ah.Wg.031149.37.060816.18:30

Read More